Minggu, 03 Juni 2012

Studi Kasus India sedang mempersiapkan perlawanan menghadapi paten atas obat diabet yang didasarkan pada tanaman dari India. Kantor Paten Amerika Serikat telah memberikan paten pada sebuah perusahaan farmasi Amerika Serikat atas obat yang dibuat dari terong dan pare. Menurut pemerintah India, kedua tanaman tersebut sudah ribuan tahun digunakan untuk menyembuhkan diabetes di India dan sudah terdokumentasi dalam banyak teks tentang tanaman obat di India. Tanggapan dari studi kasus diatas amerika serikat telah melanggar hak paten, padahal syarat dari hak paten adalah yaitu menemukan temuan yang belum pernah ada sebelumnya, tetapi india terlebih dahulu menemukan obat diabet tersebut ribuan tahun yang lalu. seharusnya india mematenkan temuannya tersebut, mungkin india belum mengetahui tentang hak paten oleh karena itu amerika terlebih dahulu mematenkannya.
Studi Kasus Studi Kasus Hak Cipta Di Indonesia seseorang dengan mudah dapat memfoto kopi sebuah buku, padahal dalam buku tersebut melekat hak cipta yang dimiliki oleh pengarang atau orang yang ditunjuk oleh pengarang sehingga apabila kegiatan foto kopi dilakukan dan tanpa memperoleh izin dari pemegang hak cipta maka dapat dikategorikan sebagai pelanggaran hak cipta. Lain lagi dengan kegiatan penyewaan buku di taman bacaan, masyarakat dan pengelola taman bacaan tidak sadar bahwa kegiatan penyewaan buku semacam ini merupakan bentuk pelanggaran hak cipta. Apalagi saat ini bisnis taman bacaan saat ini tumbuh subur dibeberapa kota di Indonesia, termasuk Yogyakarta. Di Yogyakarta dapat dengan mudah ditemukan taman bacaan yang menyediakan berbagai terbitan untuk disewakan kepada masyarakat yang membutuhkan. Kedua contoh tersebut merupakan contoh kecil dari praktek pelanggaran hak cipta yang sering dilakukan oleh masyarakat dan masyarakat tidak menyadari bahwa tindakan yang mereka lakukan adalah bentuk dari pelanggaran hak cipta. Padahal jika praktek seperti ini diteruskan maka akan membunuh kreatifitas pengarang. Pengarang akan enggan untuk menulis karena hasil karyanya selalu dibajak sehingga dia merasa dirugikan baik secara moril maupun materil. Pengarang atau penulis mungkin akan memilih profesi lain yang lebih menghasilkan. Selain itu kurang tegasnya penegakan hak cipta dapat memotivasi kegiatan plagiasi di Tanah Air. Kita tentu pernah mendengar gelar kesarjanaan seseorang dicopot karena meniru tugas akhir karya orang lain. Mendarah dagingnya kegiatan pelanggaran hak cipta di Indonesia menyebabkan berbagai lembaga pendidikan dan pemerintah terkadang tidak sadar telah melakukan kegiatan pelanggaran hak cipta. Padahal, seharusnya berbagai lembaga pemerintah tersebut memberikan teladan dalam hal penghormatan terhadap hak cipta. Contoh konkritnya adalah perpustakaan, lembaga ini sebenarnya rentan akan pelanggaran hak cipta apabila tidak paham mengenai konsep hak cipta itu sendiri. Plagiasi, Digitalisasi koleksi dan layanan foto kopi merupakan topik-topik yang bersinggungan di hak cipta. Akan tetapi selain rentan dengan pelanggaran hak cipta justru lembaga ini dapat dijadikan sebagai media sosialisasi hak cipta sehingga dapat menimalkan tingkat pelanggaran hak cipta di Tanah Air. Perpustakaan menghimpun dan melayankan berbagai bentuk karya yang dilindungi hak ciptanya. Buku, jurnal, majalah, ceramah, pidato, peta, foto, tugas akhir, gambar adalah sebagai format koleksi perpustakaan yang didalamnya melekat hak cipta. Dengan demikian maka perpustakaan sebenarnya sangat erat hubungannya dengan hak cipta. Bagaimana, tidak di dalam berbagai koleksi yang dimiliki perpustakaan melekat hak cipta yang perlu dihormati dan dijaga oleh perpustakaan. Jika tidak berhati-hati atau memiliki rambu-rambu yang jelas dalam pelayanan perpustakaan justru perpustakaan dapat menyuburkan praktek pelanggaran hak cipta. Untuk itu dalam melayankan berbagai koleksi yang dimiliki perpustakaan, maka perpustakaan perlu berhati-hati agar layanan yang diberikannya kepada masyarakat bukan merupakan salah satu bentuk praktek pelanggaran hak cipta. Dan idealnya perpustakaan dapat dijadikan sebagai teladan dalam penegakan hak cipta dan sosialisasi tentang hak cipta. Layanan foto kopi, digitalisasi koleksi serta maraknya plagiasi karya tulis merupakan isu serta layanan perpustakaan yang terkait dengan hak cipta. Perpustakaan perlu memberikan pembatasan yang jelas mengenai layanan foto kopi sehingga layanan ini tidak dikategorikan sebagai bentuk pelanggaran hak cipta. Dalam kegiatan digitalisasi koleksi, perpustakaan juga perlu berhati-hati agar kegiatan yang dilakukan tidak melanggar hak cipta pengarang. Selain itu perpustakaan juga perlu menangani plagiasi karya tulis dengan berbagai strategi jitu dan bukan dengan cara proteksi koleksi tersebut sehingga tidak dapat diakses oleh pengguna perpustakaan. Tanggapan Studi kasus dilihat dari studi kasus diatas bahwa sekarang ini banyak masyarakat yang belum sadar akan pentingnya menghargai ciptaan atau karya orang lain dengan sengaja mengcopy seluruh isi buku tanpa seizin dari si pencipta buku tersebut. hal ini tentunya sangat merugikan bagi si pencipta, karena ia tidak mendapatkan apa-apa dari hasil karyanya tersebut. kurangnya pengawasan dari pemerintah adalah faktor utama yang menyebabkan menjamurnya pelangaran-pelanggaran mengenai hak cipta diindonesia, padahal sudah tertulis dalam pasal 72 tentang Undang-Undang Hak Cipta yaitu bagi mereka yang dengan sengaja atau tanpa hak melanggar hak cipta orang lain dapat dikenakan pidana penjara paling singkat 1 (satu) bulan dan/atau denda paling sedikit Rp 1.000.000,00 (satu juta rupiah), atau pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 5.000.000.000,00 (lima milyar rupiah). pemerintah harus lebih ketat lagi dengan memberikan sanksi yang lebih berat terhadap orang yang melanggar hak cipta agar mereka lebih sadar akan pentingnya hasil ciptaan tersebut, serta memberikan penyuluhan-penyuluhan kepada masyarakat mengenai hak cipta.

Proposal MINIMAX BED

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kepadatan penduduk di kota-kota besar merupakan pemicu lahirnya konsep rumah minimalis yang banyak berkembang dan disukai masyarakat seperti sekarang ini. Sesuai dengan namanya minimalis, maka semuanya serba minimalis, baik bentuk, ruang, serta bahan yang digunakan. Ruangan yang tidak lebar tersebut terkadang mengharuskan seseorang untuk mengeliminasi beberapa perabot. Hal ini seringkali mengurangi kelengkapan barang dari suatu ruangan. Seringkali dibutuhkan ruangan untuk meletakkan tempat tidur begitu besar sehingga tidak ada ruang lagi untuk menempatkan meja belajar dalam satu ruangan. Dibutuhkan suatu produk multifungsi yang minimalis sehingga dapat mengatasi masalah keterbatasan lahan dan ruangan tersebut. Minimax bed merupakan suatu produk inovasi yang menggabungkan tempat tidur dengan lemari baju dan meja belajar. Kata “minimax bed” yang berarti tempat tidur yang didesain minimalis dengan fungsi maksimal. Fungsi maksimal disini maksudnya selain fungsi utamanya sebagai tempat tidur, minimax bed juga bisa digunakan untuk menyimpan pakaian dan sebagai meja belajar yang dilengkapi laci pada bagian bawah meja belajar tersebut. Hal ini menjawab masalah yang banyak dialami oleh pemilik rumah dengan konsep minimalis ataupun tempat kos-kosan yang tersedia dalam ruang yang sempit. Minimax bed hadir dengan konsep praktis, mudah digunakan, dan juga menghemat ruang. Konsep ini bagus untuk diaplikasikan di kota-kota besar dimana rumah minimalis cenderung dipilih masyarakat maupun di kos-kosan. Minimax bed dibuat dengan mempertimbangkan aspek keindahan maupun kenyamanan bagi penggunanya. Aspek kenyamanan disini didapatkan dari pengukuran dimensi tubuh manusia saat perancangan produk minimax bed. Pengukuran dimensi tubuh manusia diukur dari pengambilan sampel pada 34 orang yang sudah mewakili persentil 95%. Desain minimax bed ini berukuran 1x2 meter dan mampu menahan beban hingga 107 kg. Minimax bed jika dilihat dari segi biaya lebih ekonomis dibandingkan ketika harus membeli tempat tidur, lemari baju, dan juga meja belajar secara terpisah. Minimax bed hadir dengan berbagai aspek yang memenuhi kebutuhan masyarakat masa kini. B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka permasalahan yang dibahas adalah: 1. Bagaimana cara perakitan produk minimax bed? 2. Bagaimana mekanisme kerja produk minimax bed? 3. Bagaimana kelebihan dan kekurangan produk minimax bed? C. Tujuan Tujuan perancangan produk ini adalah sebagai berikut: 1. Mendeskripsikan dan mengenalkan kepada masyarakat bahwa produk minimax bed merupakan suatu produk inovasi multifungsi yang menjawab kebutuhan masyarakat masa kini. 2. Mengatasi masalah umum masyarakat di kota-kota besar yaitu kurangnya lahan. 3. Membuktikan kepada masyarakat bahwa produk minimax bed dibuat berdasarkan pertimbangan aspek ekonomis, keindahan, dan juga kenyamanan. D. Kegunaan Adapun kegunaan dari perancangan produk ini adalah sebagai berikut: 1. Meningkatkan inovatif mahasiswa dalam menemukan hasil karya yang dapat dimanfaatkan dalam bidang teknologi. 2. Meningkatkan kreativitas dan penalaran pada pengembangan teknologi tepat guna. 3. Memperkenalkan kepada masyarakat produk minimax bed dengan konsep minimalis dan fungsi maksimal. BAB II STUDI LITERATUR Perancangan suatu alat atau produk termasuk dalam metode teknik, dengan demikian langkah-langkah pembuatan perancangan akan mengikuti metode Merris Asimow yang menerangkan bahwa perancangan teknik adalah suatu aktivitas dengan maksud tertentu menuju ke arah tujuan pemenuhan kebutuhan manusia. Tiga hal yang harus diperhatikan dalam perancangan sebuah produk antara lain. 1. Aktivitas untuk maksud tertentu. 2. Sasaran pada pemenuhan kebutuhan manusia. 3. Berdasarkan pada pertimbangan teknologi. Membuat suatu rancangan produk atau alat perlu mengetahui karakteristik perancangan dan perancangnya. Beberapa karakteristik perancangan adalah sebagai berikut: 1. Berorientasi pada tujuan. 2. Variform yaitu suatu anggapan bahwa terdapat sekumpulan solusi yang mungkin tidak terbatas, tetapi harus dapat memilih salah satu ide yang akan diambil. 3. Pembatas yaitu membatasi solusi pemecahan antara lain: a. Hukum alam, seperti ilmu fisika, ilmu kimia, dan lain-lain. b. Ekonomis, pembiayaan atau ongkos dalam merealisir rancangan yang telah dibuat. c. Pertimbangan manusia, sifat, keterbatasan dan kemampuan manusia dalam merancang dan memakainya. d. Faktor-faktor legality, mulai dari model, bentuk sampai dengan hak cipta. e. Fasilitas produksi, sarana dan prasarana yang dibutuhkan untuk menciptakan yang telah dibuat. f. Evolutif, berkembang terus mengikuti perkembangan zaman. Prosedur perancangan yang merupakan tahapan umum teknik perancangan dikenal dengan sebutan NIDA, yang merupakan kepanjangan dari need, idea, decision and action. Tahap pertama seorang perancang menetapkan dan mengidentifikasikan kebutuhan (need), sehubungan dengan alat atau produk yang harus dirancang, kemudian dilanjutkan dengan pengembangan ide-ide (idea) yang melahirkan berbagai alternatif untuk memenuhi kebutuhan tadi. Suatu penilaian dan penganalisisan terhadap berbagai alternatif yang ada, sehingga perancang dapat memutuskan (decision) suatu alternatif terbaik. Proses terakhir yang dilakukan yaitu proses pembuatan (action) (Nurmianto, 2003). Hasil rancangan yang dibuat dituntut dapat memberikan kemudahan dan kenyamanan bagi pengguna produk. Rancangan yang akan dibuat harus memperhatikan faktor manusia sebagai pengguna. Faktor manusia ini diantaranya dipelajari dalam ergonomi dengan metode antropometri. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam membuat suatu rancangan selain faktor manusia antara lain (Nurmianto,2003): 1. Analisis teknik yaitu berhubungan ketahanan, kekerasan, dan sebagainya. 2. Analisis ekonomi yaitu berhubungan dengan perbandingan biaya yang harus dikeluarkan dan manfaat yang akan diperoleh. 3. Analisis legalisasi yaitu berhubungan dengan segi hukum atau tatanan hukum yang berlaku dan dari hak cipta. 4. Analisis pemasaran yaitu berhubungan dengan jalur distribusi produk/hasil rancangan sehingga dapat sampai kepada konsumen atau pemakai. 5. Analisis nilai yaitu suatu prosedur yang mengidentifikasikan ongkos-ongkos yang tidak ada gunanya. Analisis nilai dibagi menjadi empat kategori antara lain: a. Uses value yaitu berhubungan dengan nilai kegunaan. b. Esteem value yaitu berhubungan dengan nilai estetika atau keindahan. c. Cost value yaitu berhubungan dengan pembiayaan. d. Exchange value yaitu berhubungan dengan kemampuan tukar. Tiga tipe perancangan yang ada pada antropometri. Adapun tipe perancangan tersebut antara lain (Nurmianto, 2003): 1. Perancangan untuk pemakaian nilai eksterm yaitu data dengan persentil ekstrim minimum 5% dan ekstrim maksimum 95%. 2. Perancangan pemakaian nilai rata-rata yaitu data dengan persentil 50%. 3. Perancangan untuk pemakaian yang dapat disesuaikan (adjustable). Penerapan data antropometri ini akan dilakukan jika tersedia nilai mean (rata- rata) dan standar deviasi dari distribusi normal. Sedangkan persentil adalah suatu nilai yang menyatakan bahwa persentase tertentu dari sekelompok orang yang dimensinya sama dengan atau lebih rendah dari nilai tersebut. Berikut ini adalah rumus perhitungan persentil. Tabel 2.1 Distribusi Normal dan Perhitungan Persentil Persentil Perhitungan 1 th X - 2,325 s x 2,5 th X - 1,960 s x 5 th X - 1,645 s x 10 th X - 1,280 s x 50 th X 90 th X + 1,280 s x 95 th X + 1,645 s X 97,5 th X + 1,960 s x 99 th X + 2,325 s x (Sumber: Nurmianto,1991) Membahas lebih jauh mengenai penggunaan data ini maka dibahas istilah “The Fallacy of The Average Man or Average Woman”. Istilah ini mengatakan bahwa merupakan suatu kesalahan dalam perancangan suatu tempat kerja ataupun produk jika berdasarkan pada dimensi yang hipotesis yaitu menganggap bahwa semua dimensi adalah merupakan rata-rata. Walaupun hanya dalam penggunaan satu dimensi saja. Selain dari itu, jika seseorang mempunyai dimensi pada rata-rata populasi, katakanlah tinggi badan, maka belum tentu, bahwa dia berada pada rata- rata populasi untuk dimensi lainnya. (Nurmianto, 2003). BAB III METODE PENELITIAN Penelitian pada produk inovasi “Minimax Bed” terdiri dari 7 metode, yaitu metode penelitian produk yang sudah ada, metode perencanaan perancangan, metode penentuan populasi dan sampel, metode pengukuran dimensi tubuh manusia, metode perancangan dan perbaikan produk, metode pembuatan produk, metode pengujian produk. Metode 1. Penelitian Produk yang sudah ada Metode penelitian kali ini diawali dengan meneliti produk yang sudah ada. Penelitian produk ini dilihat dari kebutuhan masyarakat masa kini dan gaya hidup masyarakat yang cenderung menyukai sesuatu yang praktis dan fungsional. Masyarakat di kota-kota besar lebih memilih konsep minimalis dalam memilih rumah sehingga dibutuhkan suatu produk yang dapat menunjang konsep minimalis rumah tersebut yaitu tidak memakan banyak ruang. Produk yang dipilih untuk keperluan penelitian ini diantaranya adalah tempat tidur. Metode ini diperlukan untuk menggabungkan ketiga komponen utama tersebut kedalam sebuah produk agar tercipta kesan minimalis, praktis, ekonomis dan dengan fungsi maksimal. Metode 2. Perencanaan Perancangan Metode selanjutnya yaitu perencanaan perancangan komponen-komponen produk yang sudah ditentukan menjadi sebuah produk baru yang inovatif. Metode ini mempertimbangkan aspek keindahan dan kenyamanan bagi para pengguna produk disamping aspek lain seperti minimalis, ekonomis, dan fungsional. Perencanaan perancangan dilakukan agar hasil rancangan produk sesuai dengan yang diharapkan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Metode 3. Penentuan Populasi dan Sampel Penentuan populasi dari perancangan produk ini yaitu seluruh warga kampus Universitas Gunadarma Kalimalang, sedangkan sampel yang diambil yaitu sebanyak 34 sampel yang terdiri dari mahasiswa-mahasiswi Universitas Gunadarma Kalimalang. Pengambilan sampel dilakukan pada tanggal 19 Maret 2012 pada pukul 10.00 WIB – 12.00 WIB di Laboratorium Teknik Industri Menengah, Universitas Gunadarma Kalimalang. Metode 4. Pengukuran Dimensi Tubuh Manusia Dimensi tubuh manusia diperlukan untuk merancang produk sesuai ukuran tubuh manusia agar didapatkan kenyamanan saat menggunakan produk tersebut. Perancangan produk minimax bed menggunakan beberapa dimensi tubuh manusia untuk menentukan ukuran dari lemari, tempat tidur, serta meja kerja agar didapatkan kenyamanan yang optimal. Dimensi tubuh yang digunakan untuk menentukan ukuran produk yang dirancang yaitu minimax bed adalah tinggi badan tegak, tinggi siku berdiri, panjang lengan bawah, rentangan tangan, lebar jari 2,3,4,5, berat badan dan tinggi popliteal. Metode 5. Perancangan dan Perbaikan Produk Setelah penelitian produk, perencanaan perancangan, dan juga pengukuran dimensi tubuh dilakukan, maka metode selanjutnya yaitu perancangan dan perbaikan produk. Perancangan produk dilakukan agar dapat diketahui deskripsi dari produk yang akan dibuat. Hal ini akan mempermudah proses pembuatannya. Metode ini juga dilakukan perbaikan produk yang artinya gimana caranya agar produk tersebut tidak hanya berfungsi sebagai tempat tidur, tetapi multifungsi sesuai dengan tujuan produk dibuat. Metode ini menggabungkan tempat tidur tersebut dengan meja belajar dan juga lemari baju. Penggabungan ini akan menghasilkan sebuah produk multifungsi dengan konsep minimalis. Produk tersebut diberi nama “minimax bed” yang berarti tempat tidur minimalis dengan fungsi maksimal, karena selain berfungsi sebagai tempat untuk tidur, minimax bed juga berfungsi sebagai meja untuk belajar dan juga lemari baju. Metode 6. Pembuatan Produk Hasil dari perancangan dan perbaikan produk direalisasikan pada proses pembuatan produk minimax bed. Pembuatan produk minimax bed ini terdiri dari beberapa tahap, yaitu: Tahap 1. Menyiapkan Alat dan Bahan Alat yang diperlukan untuk membuat minimax bed seperti gergaji, palu, paku, sekrup, obeng, ampelas, kuas serta meteran. Sedangkan untuk bahan dalam membuat produk minimax bed yaitu kayu, besi, triplek, spring bed, cat, pelitur, tinner, engsel serta yang lainnya. Tahap 2. Merakit Alat dan Bahan Proses awal pada tahap ini yaitu mengukur bahan, lalu memotongnya dan setelah itu merakit setiap komponen. Proses awal adalah mengukur kayu dan memotong kayu dengan menggunakan gergaji. Selanjutnya dilakukan proses perakitan yang terdiri dari: 1. Membuat rangka produk, yaitu merakit komponen utama pada minimax bed dengan menghubungkan kerangka kayu dan spring bed yang telah disediakan dengan panjang 190 cm. 2. Mengukur lebar tempat tidur yang akan dihubungkan ke alas lemari dengan ukuran 95 cm. 3. Hasil dari pengukuran tersebut didapatkan hasil total tinggi minimax bed adalah 70 cm yang dihubungkan dengan tempat tidur dan pada bagian alas yang digunakan untuk tempat tidur diberi rak yang digunakan untuk menyimpan barang dengan tinggi 160 cm dan lebar 60 cm serta panjangnya 75 cm. 4. Menghubungkan rangka atas, rangka samping, dan rangka bawah dan meletakkan sekat untuk membatasi tiap ruang pada lemari. 5. Memberikan pintu buka yang mekanisme kerjanya dengan diberikan engsel untuk membuka dan menutup lemari dan memberikan pegangan pada pintu lemari supaya lemarinya mudah dibuka. Metode 7. Pengujian Produk Metode pengujian produk dilakukan untuk menjamin keunggulan dan kualitas dari produk minimax bed yang telah dibuat. Pengujian produk minimax bed meliputi uji ketahanan tempat tidur dengan berat beban, uji pengunci tempat tidur saat tempat tidur dalam posisi menyamping sehingga membentuk meja belajar, uji kekuatan meja belajar terhadap beban, uji kekuatan antara sekat yang menghubungkan tempat tidur dengan lemari baju dan meja belajar. BAB IV PEMBAHASAN A. Data Antropometri yang Digunakan Perancangan minimax bed membutuhkan beberapa dimensi tubuh manusia sebagai dasar untuk menentukan ukuran tempat tidur tersebut. Berikut ini merupakan penjelasan menganai dimensi yang digunakan dalam perancangan minimax bed. 1. Tinggi badan tegak, digunakan untuk menentukan tinggi lemari sekaligus produk secara keseluruhan. 2. Tinggi siku berdiri, digunakan untuk menentukan tinggi laci lemari. 3. Panjang lengan bawah digunakan untuk nmenentukan lebar lemari dan lebar meja belajar. 4. Rentangan tangan, digunakan untuk menentukan panjang lemari dan lebar tempat tidur. 5. Lebar jari 2,3,4,5 digunakan untuk menentukan lebar handle pintu lemari. 6. Berat badan, digunakan untuk menentukan kekuatan dalam menahan beban tempat tidur. 7. Tinggi popliteal digunakan untuk menentukan tinggi tempat tidur dan meja belajar. Berdasarkan halk tersebut, maka dapat ditentukan ukuran produk dengan menggunakan presentil 95 %. Presentil ini dipilih agar sebagian besar populasi dapat menggunakan produk tersebut dengan nyaman. Berikut ini merupakan contoh perhitungan dimensi tubuh manusia. B. Produk yang Dirancang Produk yang dirancang yaitu minimax bed yang mempunyai banyak fungsi. berikut ini merupakan gambar dari produk yang dirancang yaitu sebuah minimax bed. Dimensi Tinggi badan tegak, dimensi tinggi badan tegak digunakan untuk menentukan ukuran lemari ditambahkan dengan dengan allowance yaitu sebesar 160 cm. Dimensi Tinggi siku berdiri, dimensi tinggi siku berdiri digunakan untuk menentukan ukuran tinggi setiap sekat pada lemmari, dimana terdapat 4 sekat pada lemari yaitu sebesar 40 cm. Dimensi Panjang lengan bawah, dimensi panjang lengan bawah digunakan untuk menentukan ukuran lebar lemari ditambahkan dengan allowance yaitu sebesar 60 cm. Dimensi rentang tangan, dimensi rentang tangan digunakan untuk menentukan ukuran panjang lemari ditambahkan dengan allowance yaitu sebesar 75 cm. Dimensi lebar jari, dimensi lebar jari digunakan untuk menentuka ukuran panjang handle lemari maupun laci yaitu sebesar 10 cm. Dimensi berat badan, dimensi berat badan digunakan untuk menentukan ukuran beban kekuatan pada tempat tidur ditambahkan dengan allowance yaitu sebesar 107 kg. Dimensi tinggi popliteal, dimensi popliteal digunakan untuk menentukan ukuran tinggi meja yaitu sebesar 55 cm. Dimensi tinggi badan tegak, dimensi tinggi badan tegak digunakan untuk menentukan ukuran panjang tempat tidur ditambahkan dengan allowance yaitu sebesar 190 cm. Dimensi rentang tangan, dimensi rentang tangan digunakan untuk menentukan ukuran lebar tempat tidur ditambahkan dengan allowance yaitu sebesar 95 cm.Dimensi panjang lengan bawah, dimensi panjang lengan bawah digunakan untuk menentukan ukuran lebar meja belajar ditambahkan dengan allowance yaitu sebesar 95 cm. C. Rancangan Biaya 1.Anggaran Alat No Nama Alat Jumlah Harga Satuan Harga Seluruhnya 1. Gergaji 3 buah Rp 50.000 Rp 150.000 2. Paku 4 kg Rp 10.000 Rp 90.000 3. Palu 3 buah Rp 30.000 Rp 40.000 4. Sekrup 2 buah Rp 30.000 Rp 60.000 5. Obeng 1 buah Rp 50.000 Rp 50.000 6. Ampelas 3 buah Rp 10.000 Rp 30.000 7. Kuas 4 buah Rp 10.000 Rp 40.000 8. Meteran 1 buah Rp 50.000 Rp 50.000 Jumlah Rp 510.000 2. Anggaran Bahan No Nama Bahan Jumlah Harga Satuan Harga Seluruhnya 1. Kayu 4 buah Rp 70.000 Rp 150.000 2. Triplek 4 buah Rp 30.000 Rp 120.000 3. Cat 3 buah Rp 50.000 Rp 150.000 4. Besi 2 buah Rp 70.000 Rp 140.000 5. Peliur 1 buah Rp 50.000 Rp 50.000 6. Tiner 1 buah Rp 70.000 Rp 70.000 7. Engsel 4 buah Rp 20.000 Rp 80.000 Jumlah Rp 760.000 3. Rekapitulasi Biaya No Jenis Pengeluaran Biaya Seluruhnya 1. Anggaran Alat Rp 510.000 2. Anggaran Bahan Rp 760.000 3. Anggaran Transportasi Rp 300.000 4. Anggaran Pembuatan Proposal (4 Buah) Rp 80.000 5. Anggaran Tak Terduga Rp 140.000 Total Biaya Rp 1.790.000 BAB V KESIMPULAN Perancangan produk yang telah dilakukan yaitu sebuah minimax bed yang memiliki banyak fungsi dengan desain minimalis. Produk minimax bed ini merupakan gabungan dari komponen utama berupa tempat tidur yang digabung dengan sebuah lemari baju dan meja belajar. Kelebihan dari produk minimax bed ini selain fungsional dengan desain minimalis, juga mempertimbangkan aspek ergonomis sehingga dapat memberikan kenyamanan bagi siapa saja yang menggunakannya. Selain itu, minimax bed dari segi biaya juga lebih ekonomis jika dibanding apabila membeli tempat tidur, lemari, dan meja belajar secara terpisah. Produk ini juga dirancang dengan menambahkan nilai estetika tersendiri. Disamping banyaknya kelebihan produk minimax bed ini terdapat juga suatu kekurangannya, yaitu tempat tidur pada produk ini hanya diperuntukkan untuk satu orang saja. Dimensi tubuh yang digunakan untuk merancang produk minimax bed ini yaitu Tinggi badan tegak, tinggi siku berdiri, panjang lengan bawah, rentangan tangan, tinggi popliteal, berat badan, serta lebar jari 2,3,4,5.